![]() |
Redha Kusmartono (HK/AHMAD FAISAL) |
BAGI kebanyakan orang,
barometer kesuksesan adalah finansial. Berbeda dengan pria satu ini. Baginya, dia akan
merasa sukses ketika masyarakat dapat menerima dan merasa puas atas kinerja
yang telah diberikannya.
“Bagaimana apa yang kita kerjakan itu bisa diterima oleh
masyarakat atau daerah. Kalau tidak diterima masyarakat atau daerah, itu tidak
ada artinya,” ujar Redha Kusmartono, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan Kabupaten Rejang Lebong.
Redha Kusmartono, dilahirkan di Curup tanggal 3 January 1961. Anak
kedua dari lima bersaudara. Ibunya berasal dari Jogjakarta, sedangkan ayahnya
dari Tulung Agung. Sewaktu Redha masih kecil, ayahnya bekerja sebagai Dokter
DKT Kabupaten Rejang Lebong.
Tahun
1973 Redha bersekolah di SD 6 Curup, kemudian dilanjutkan ke SMP Marsudi Luhur
Jogjakarta hingga ke tingkat SLTA. Kelar SMA, Redha muda mendaftar di UPN
Veteran Jogjakarta, mengambil jurusan Agronomi di Fakultas Pertanian.
“Alasan
saya ngambil jurusan itu, karena Rejang Lebong merupakan sentra pertanian.
Kalau jurusan lain kurang cocok,” ungkap Redha.
Anak-Istri
Sempat Ditinggal Sementara
Usai
menamatkan perguruan tinggi, Redha sempat ditawari bekerja di sebuah perusahaan
swasta di Jawa. Namun, karena kepatuhan kepada sang ibu, Redha akhirnya
memutuskan untuk pulang kampung.
Alasan
lainnya, karena sang ayah sudah meninggal dunia, ditambah lagi
saudara-saudaranya kebanyakan tinggal menetap di luar Curup, maka sang ibu
khawatir tidak ada lagi yang mengurus makam sang ayah. Akhirnya, Redha semakin
mantap untuk pindah ke Curup.
“Padahal
waktu itu saya sudah berkeluarga. Kalau saya secara pribadi, mungkin lebih baik
tinggal di Jawa. Tapi, karena pertimbangan orang tua, maka saya pulang ke
Curup,” kenang Redha.
Pulang
ke tanah kelahiran pada 1988, membuat Redha harus meninggalkan sementara anak
istri tercinta di Jogja. Selama kurang lebih 2 tahun, Redha yang masih
berstatus honorer di Dinas Pertanian Rejang Lebong bolak-balik Jogja-Curup.
Sampai diangkat menjadi PNS pada bulan Maret 1990.
Berawal
dari situlah, Redha akhirnya menapaki kariernya langkah demi langkah. Dia
kemudian diperbantukan ke Bagian Perekonomian Pemda Rejang Lebong, lalu ke
Kabid Fisik dan Prasarana. Dari Bappeda dia diangkat lagi menjadi Kabag
Kepegawaian, lalu di Seksi Bina Usaha Tani Dinas Pertanian. Lalu diangkat lagi
menjadi Sekretaris Bapedalda, kemudian menjadi Kasubdin Sarana dan Prasarana
Dinas Pertanian, lalu Kasubdin Ketahanan Pangan, hingga dipromosikan lagi
menjadi Kabid Produksi, Tanaman Pangan dan Hortikultura selama lebih kurang 10
tahun.
“Jadi,
boleh dikatakan 10 tahun-lah saya menjabat sebagai Kabid Produksi, Tanaman
Pangan dan Hortikultura,” ujarnya.
Arti
Bekerja dan Keluarga
Bagi
Redha, arti bekerja adalah bagaimana dia bisa memberikan pikiran secara
maksimal untuk kepentingan masyarakat banyak.
Kemudian,
peran keluarga sebagai motivasi dan pemberi dukungan, merupakan faktor yang
sangat mempengaruhi kesuksesannya.
“Sangat
berpengaruh bagi diri saya. Keluarga itu merupakan support dan motivasi bagi
kita. Tanpa bantuan dan support dari keluarga, ya, saya tidak berarti apa-apa,”
ujar pria yang gemar membaca ini.
Bahkan,
Redha terkadang meluangkan waktu untuk sharing atau berbagi dengan sang
istri terutama seputar pekerjaan di kantor.
“Saya
kan kebetulan cuma bersama istri di rumah. Anak saya kan ada tiga. Yang paling
besar berada di Kalimantan, yang nomor dua dan ketiga masih kuliah di Jogja.
Jadi, agar saling terbuka, saya kerap sharing sama istri saya,”
ungkapnya.
Redha
boleh dikatakan sebagai sosok kepala keluarga yang sukses. Dia sendiri sebagai
Kepala Dinas, dan istri yang juga seorang PNS di Dinas Pendidikan Kabupaten
Rejang Lebong.
Memiliki
3 orang anak semuanya laki-laki. Putra tertuanya bekerja di Kalimantan pada
sebuah perusahaan Batu Bara. Sedangkan menantunya berprofesi sebagai Jaksa di
Kejari Mamuju Sulawesi Barat.
Putra kedua dan ketiganya saat ini tengah berkuliah,
Kota Gudeg Jogja. Anak keduanya tengah menyusun skripsi di Jurusan Teknik Sipil
UII, sementara yang bungsu di Jurusan Teknik Arsitektur UII.
Reporter:
Franky Adinegoro