Kamis, 30 Mei 2013

Pulang Kampung Demi Sang Ibu


Redha Kusmartono (HK/AHMAD FAISAL)

BAGI kebanyakan orang, barometer kesuksesan adalah finansial. Berbeda dengan pria satu ini. Baginya, dia akan merasa sukses ketika masyarakat dapat menerima dan merasa puas atas kinerja yang telah diberikannya.
“Bagaimana apa yang kita kerjakan itu bisa diterima oleh masyarakat atau daerah. Kalau tidak diterima masyarakat atau daerah, itu tidak ada artinya,” ujar Redha Kusmartono, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Rejang Lebong.
Redha Kusmartono, dilahirkan di Curup tanggal 3 January 1961. Anak kedua dari lima bersaudara. Ibunya berasal dari Jogjakarta, sedangkan ayahnya dari Tulung Agung. Sewaktu Redha masih kecil, ayahnya bekerja sebagai Dokter DKT Kabupaten Rejang Lebong.
Tahun 1973 Redha bersekolah di SD 6 Curup, kemudian dilanjutkan ke SMP Marsudi Luhur Jogjakarta hingga ke tingkat SLTA. Kelar SMA, Redha muda mendaftar di UPN Veteran Jogjakarta, mengambil jurusan Agronomi di Fakultas Pertanian.
“Alasan saya ngambil jurusan itu, karena Rejang Lebong merupakan sentra pertanian. Kalau jurusan lain kurang cocok,” ungkap Redha.
Anak-Istri Sempat Ditinggal Sementara
Usai menamatkan perguruan tinggi, Redha sempat ditawari bekerja di sebuah perusahaan swasta di Jawa. Namun, karena kepatuhan kepada sang ibu, Redha akhirnya memutuskan untuk pulang kampung.
Alasan lainnya, karena sang ayah sudah meninggal dunia, ditambah lagi saudara-saudaranya kebanyakan tinggal menetap di luar Curup, maka sang ibu khawatir tidak ada lagi yang mengurus makam sang ayah. Akhirnya, Redha semakin mantap untuk pindah ke Curup.
“Padahal waktu itu saya sudah berkeluarga. Kalau saya secara pribadi, mungkin lebih baik tinggal di Jawa. Tapi, karena pertimbangan orang tua, maka saya pulang ke Curup,” kenang Redha.
Pulang ke tanah kelahiran pada 1988, membuat Redha harus meninggalkan sementara anak istri tercinta di Jogja. Selama kurang lebih 2 tahun, Redha yang masih berstatus honorer di Dinas Pertanian Rejang Lebong bolak-balik Jogja-Curup. Sampai diangkat menjadi PNS pada bulan Maret 1990.
Berawal dari situlah, Redha akhirnya menapaki kariernya langkah demi langkah. Dia kemudian diperbantukan ke Bagian Perekonomian Pemda Rejang Lebong, lalu ke Kabid Fisik dan Prasarana. Dari Bappeda dia diangkat lagi menjadi Kabag Kepegawaian, lalu di Seksi Bina Usaha Tani Dinas Pertanian. Lalu diangkat lagi menjadi Sekretaris Bapedalda, kemudian menjadi Kasubdin Sarana dan Prasarana Dinas Pertanian, lalu Kasubdin Ketahanan Pangan, hingga dipromosikan lagi menjadi Kabid Produksi, Tanaman Pangan dan Hortikultura selama lebih kurang 10 tahun.
“Jadi, boleh dikatakan 10 tahun-lah saya menjabat sebagai Kabid Produksi, Tanaman Pangan dan Hortikultura,” ujarnya.
Arti Bekerja dan Keluarga
Bagi Redha, arti bekerja adalah bagaimana dia bisa memberikan pikiran secara maksimal untuk kepentingan masyarakat banyak.
Kemudian, peran keluarga sebagai motivasi dan pemberi dukungan, merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kesuksesannya.
“Sangat berpengaruh bagi diri saya. Keluarga itu merupakan support dan motivasi bagi kita. Tanpa bantuan dan support dari keluarga, ya, saya tidak berarti apa-apa,” ujar pria yang gemar membaca ini.
Bahkan, Redha terkadang meluangkan waktu untuk sharing atau berbagi dengan sang istri terutama seputar pekerjaan di kantor.
“Saya kan kebetulan cuma bersama istri di rumah. Anak saya kan ada tiga. Yang paling besar berada di Kalimantan, yang nomor dua dan ketiga masih kuliah di Jogja. Jadi, agar saling terbuka, saya kerap sharing sama istri saya,” ungkapnya.
Redha boleh dikatakan sebagai sosok kepala keluarga yang sukses. Dia sendiri sebagai Kepala Dinas, dan istri yang juga seorang PNS di Dinas Pendidikan Kabupaten Rejang Lebong.
Memiliki 3 orang anak semuanya laki-laki. Putra tertuanya bekerja di Kalimantan pada sebuah perusahaan Batu Bara. Sedangkan menantunya berprofesi sebagai Jaksa di Kejari Mamuju Sulawesi Barat.
Putra kedua dan ketiganya saat ini tengah berkuliah, Kota Gudeg Jogja. Anak keduanya tengah menyusun skripsi di Jurusan Teknik Sipil UII, sementara yang bungsu di Jurusan Teknik Arsitektur UII.
Reporter: Franky Adinegoro